Sabtu, 13 Maret 2010

Menjelajahi Rumah Terakhir 10 Mantan Perdana Menteri

Jakarta - Dari 10 mantan Perdana Menteri (PM), mungkin hanya sebagian saja yang masih dikenal oleh generasi muda Indonesia. Sebagian nama mantan PM memang tidak ditorehkan dalam tinta emas, sedang sebagian lainnya dikenang, bahkan dijadikan nama-nama jalan.  
detikcom menelusuri di mana 10 mantan PM ini dikebumikan. Inilah rumah terakhir mereka, setelah di zaman pergerakan, mereka berjuang demi kemerdekaan Indonesia, setelah menjadi orang biasa, sebagian dari mereka terabaikan. Dan setelah meninggal, sebagian mereka ingin dimakamkan di pemakaman rakyat biasa. Dari 10 mantan PM, hanya makam Amir Sjarifuddin saja yang berada di luar di Jakarta. Jenazah mantan PM ke-2 ini dikebumikan di Pemakaman Umum Ngaliyan, Lalung, sekitar 5 Km di selatan Kota Karanganyar, Jawa Tengah.
Makam Amir Sjarifuddin terlihat paling sederhana di antara para mantan PM lainnya. Makam Amir tanpa nisan, tak ada torehan nama 'Amir Sjarifuddin. Makamnya sama dengan makam-makam warga desa lainnya, di samping pohon Kamboja dan pohon Asam. Sementara 9 mantan PM lainnya tersebar di Jakarta. Tiga mantan PM dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP), yaitu Ali Sastroamidjojo, Soetan Sjahrir, dan Djuanda Kartawidjaja. Sementara empat mantan PM dimakamkan di TPU Tanah Kusir, yaitu Mohammad Hatta, Burhanuddin Harahap, Wilopo, dan Abdul Halim. Sementara 1 mantan PM dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta, yaitu M Natsir. Hanya satu mantan PM lainnya, Sukiman Wirjosandjojo, yang tidak ditemukan makamnya. Namun, kabarnya jenazah Sukiman juga dimakamkan di Jakarta.
Meski dimakamkan di TMP Kalibata, jenazah Sjahrir, Djuanda dan Ali Sastromijojo cukup sulit dicari. Petugas TMP Kalibata juga tidak terlalu mengenal mereka. Makam Soetan Sjahrir tertulis sebagai menteri pertama dan lahir 5-3-1909 dan wafat 9-4-1966 di nisannya. Letak makam mantan ketua Partai Sosialis Indonesia (PSI) ini terletak di belakang makam Suwirjo mantan anggota DPA atau terletak di Blok D No 89. Makam Sjahrir terlihat cukup terawat dan rapi. "Dalam setahun mungkin bisa tiga sampai empat kali keluarganya datang. Yang sering sih anaknya yang ada Sjahrir-Sjahrir juga namanya," kata Harris, petugas TMP Kalibata. Sementara makam Djuanda Kartawidjaja terletak di Blok D No 59, atau di belakang makam Atang Sandjaya mantan perwira TNI AU. Dalam nisan Djuanda, tertulis dilahirkan tanggal 14-1-1911 tanpa ada keterangan tempat lahir, dan wafat 7-11-1963. Letak makam Djuanda terdapat di tengah-tengah deretan makam lainnya yang berada di Blok D, yang terdapat puluhan makam.
Sedangkan untuk Ali Sastroamidjojo, letaknya cukup mudah dilihat, karena posisi makam Ali berada di pinggir tempat jalan para pengunjung makam di Blok D. Dalam nisan Ali, tertulis lahir pada 21-5-1903 dan wafat 13-3-1975. Makam Ali bersebelahan dengan mendiang Adam Malik. Sementara di TPU Tanah Kusir, makam empat mantan PM ini gampang terlacak. Makam Abdul Halim terletak sekitar 2 meter dari pelataran masuk TPU. Persisnya makam terletak di Blok AA1 Blad 40. Dalam nisan tersebut tertulis lahir tahun 27-12-1911 dan wafat 4-7-1987. Makam Halim juga tampak tertata dengan baik meski terlihat tulisan nisan yang sudah usang. Berjarak sekitar 1 meter ke arah belakang dari makam Abdul Halim, dapat dijumpai makam Sjafruddin Prawira Negara, mantan Wakil Perdana Menteri dan mantan Ketua PDRI. Ke arah barat dari makam Sjafruddin atau sekitar 5 deretan makam, akan dijumpai makam mantan PM Indonesia ke-7, Wilopo (PNI). Makam Wilopo ditindih dengan jenazah istrinya, Soemikalimah Wilopo. Selain itu terdapat juga 2 deretan makam yang masih mempunyai hubungan keluarga dengan mantan ketua Dewan Pertimbangan Agung RI tahun 1968-1978 ini. Dalam nisan Wilopo tertulis dilahirkan pada 21 Oktober 1909 di Purworejo dan wafat di Jakarta 20 Januari 1981. Deretan makam Wilopo beserta keluarga juga terlihat rapi dan berlantai keramik, sehingga membedakan dengan makam lainnya.
Maju ke arah selatan, akan dijumpai makam Burhanudin Harahap, PM Indonesia pada tahun 1955-1956. Burhap demikian sapaan akrab Burhanuddin Harahap merupakan perdana menteri ke-9 Indonesia. Berbeda dengan makam perdana menteri yang lain, makam Burhap cukup sederhana. Makam pun tidak ditanami rumput Jepang seperti makam Wilopo dan Abdul Halim. Warna biru muda yang menempel di makam juga terlihat sedikit usang. Pusara mantan aktivis Masyumi ini juga ditempel dengan makam istri tercinta Sitti Badriyah Burhanuddin yang wafat pada 5 September 2005 lalu. Burhap lahir pada 12 Maret 1917 dan wafat di Jakarta pada 14 Juni 1987. Menurut keterangan petugas makam TPU Tanah Kusir, Aji Dasuki, makam para mantan PM negeri ini sangat jarang dikunjungi oleh para pejabat mulai dari Orde Baru hingga sekarang. Kalau pun ada mungkin hanya mantan Presiden Habibie yang secara kebetulan memiliki keluarga yang dimakamkan satu blok dengan mantan PM itu. "Biasanya Pak Habibie yang sering berkunjung. Soalnya dia punya famili yang dimakamkan di Blok AAI ini," kata Aji sambil menunjuk makam keluarga Habibie yang tertata cukup apik dan indah. "Pak Habibie kalau lagi ziarah selalu membawa bunga yang banyak. Itu untuk ditaburkan ke makam para pahlawan yang lain seperti para perdana menteri itu," jelas Aji. Tentang biaya pemakaman, Aji pun mengaku tidak ada perbedaan dengan warga biasa. Meski seorang pejuang atau pahlawan mereka tetap dikenakan biaya administrasi pemakaman. "Sama seperti yang lain bayar biaya administrasi Rp 100 ribu. Terus untuk pajak 3 tahun sekali juga Rp 100 ribu," papar Aji.
Sementara makam M Natsir di TPU Karet tampak sederhana, berada di blok AA1 nomor 554. Makamnya berselimut rumput dan di nisannya tertulis 'Aba H.M.Natsir Dt.Sinaro Panjang, lahir di Alahan Panjang 17 Juli 1908 dan wafat Jakarta, 6 Februari 1993. Menurut salah seorang penjaga di areal TPU tersebut, Yahya (35), makam Natsir memang tidak terlalu sering diziarahi. Namun demikian, kondisinya cukup terawat. (asy/)

Sumber: http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/08/tgl/16/time/121003/idnews/657278/idkanal/10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar